Mendukung
PENGHIJAUAN di YOGYAKARTA
Ketika saya masih kecil, hidup di Yogyakarta terasa teduh, walaupun musim kemarau tetapi di sana-sini tumbuh pepohonan yang rindang, pohon yang berdiri kokoh bertahan kena hembusan angin lesus yang sekarang disebut putting beliun. Pohon itu juga ngayomi setiap orang yang berada disitu, di sembarang tempat. Tetapi pepohonan yang berada di pinggir jalan, di halaman sekolah saya dan di mana-mana itu sekarang tidak lagi tampak, di sana-sini tumbuh pepohonan yang sangat rapuh dan akarnyapun menjalar ke mana-mana mengangkat interlockblock/conblock, aspal, pagar bahkan dinding rumah.
30 tahun saya meninggalkan Jogja, mencari nafkah di ibukota, kota yang penuh dengan permasalahan dan disini saya belajar hidup. Setelah 30 tahun di Jakarta saya kembali ke Jogja, kota kenanganku…
Kini Jogja tidak seperti dulu lagi, pepohonan rindang, pohon yang dulu berdiri kokoh mengayomiku setiap saya kepanasan tiada lagi dan sekarang marak pepohonan yang cepat tumbuh, namun akarnya lari ke mana-mana mengangkat bangunan yang ada diatasnya, dahannyapun rapuh, gampang patah. Aku ingin Jogja seperti dulu lagi, teduh dengan pepohonan Maoni, Kenari, Tanjung, Nyamplung dan lain-lainnya.
Mungkin sebaiknya begini : kita menanam pepohonan yang kuat diantara pepohonan yang rapuh, ketika pohon yang kuat itu sudah besar yang rapuh segera di tebang.
Di halaman rumah jangan di biarkan tanah kita menjadi kering saat musim kemarau tiba. Kita coba manfaatkan air buangan cucian baju atau air dari kamar mandi, kita buat selokan alami di keliling taman atau kebun kita, yang jelas air sabun diamankan, jangan di buang ke selokan taman. Air bilasan saja yang dibuang ke selokan taman/kebun, dengan demikian kita bisa memanfaatkan air buangan secara alami, otomatis tanah di taman/kebun kita bisa basah ketika musim kemarau, namun demikian menyiram tanaman di musim kemarau itu wajib..
Mari kita coba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar